Trip February 2015 part. 3 ini kami memilih ke TNK (Taman nasional kutai) yang terlelatak di antara jalan poros Bontang-Sangatta tepatnya di wilayah Desa Teluk Kabba, info yang saya kutip dari Wikipedia Taman Nasional Kutai adalah lahan total seluas 198.629 ha., Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.
Kawasan ini semula berstatus sebagai hutan persedian dengan luas 2.000.000 ha berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pemerintah Hindia Belanda (GB) Nomor: 3843/AZ/1934, yang kemudian oleh Pemerintah Kerajaan Kutai ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa Kutai melalui SK (ZB) Nomor: 80/22-ZB/1936 dengan luas 306.000 ha.
Sejak keberadaan TNK Kutai memang tidak pernah lepas dari konflik kepentingan. Berdasarkan data yang ada, dalam kurun waktu 63 tahun terakhir terhitung sejak tahun 1934 sampai tahun 1997 kawasan ini terus mengalami pengurangan luas secara drastis.
TNK terus mengalami pengurangan akibar dari pemukiman dan juga perkebunan kelapa sawit adalah Fakta , kenapa saya bisa bilang seperti itu, karena saya tumbuh besar di Desa Sangkima.
akhh saya kembali bernostalgia dengan memory waktu kecil, membayangkan kembali sambil tersenyum, tempat tinggal ku di tengah Hutan yang sejuk, tanpa listrik hanya ada lampu petromaks atau lampu sumbu yang kalau bangun di pagi hari lobang hidung akan hitam semua karena asap dari lampu sumbu, listrik jaman itu adalah hal langka, hanya orang-orang kaya yang memiliki.
suara jangkrik di tengah malam, suara monyet, atau suara babi hutan di bawah pondok kami, kesekolah dengan jalan kaki melewati hutan biar siang hari ga bakal kepanasan karena kanan kiri pohon semua, pulang sekolah berlari kencang karena di kejar babi hutan itu hal yang biasa.
Masa kecil yang indah buatku, walaupun ga punya listrik, berjalan kaki ke sekolah, tinggal di tengah hutan, sebenarnya punya rumah di Desa Sangkima lama, tapi Bapak saya seorang petani yang kadang membuka lahan kecil di tengah hutan, lahan yang hanya untuk bertani sayur sayuran dan buahan-buah Bapak saya juga dulu seorang pemburu, pemburu Rusa, di jaman itu Rusa, Kijang sangat banyak bahkan juga ada banteng Hutan, jadi walaupun tinggal di hutan kami tak pernah kekurangan makanan karena alam sudah menyediakannya.
Namun sekarang sangat miris, Hutan ku yang Hijau sekarang berganti dengan perkebunan kelapa sawit dan lebih mirisnya lagi Keluarga saya salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit,
|
foto hutan yang saya ambil pada saat pulkam ke sangkima (20 nov 2015), ini wilayah TNK Mulai gundul |
Kembali Ke trip saya, awalnya sama seperti Trip sebelumnya, kita ga ada planing untuk ke TNK tapi karena dari rumah saya dan kembali ke Balikpapan akan ngelewatin TNK, dan mumpung masih ada waktu juga jadi kita mampir.
|
Gapura TNK (photo from wikipidea) |
sebelum menjelajahi area Taman Nasional Kutai, kita terlebih dahulu mengisi semacam buku tamu dan membayar Tiket masuk, lalu di berikan semacam Map (lupa foto Map nya) dan satu lagi disini kita tanpa guide yang menemani.
Taman Nasional Kutai ini di desain seperti area outbond yang
menarik dan juga memacu adrenalin (itu menurut saya, karena sempat gemetaran). dan seperti awalnya tidak ada planing pokoknya asal jalan aja, dan amazing kita sampai akhir jalan kaki 6 kilo melewati titik-titik outbond yang menyenangkan dan mendebarkan , tanpa bawa air munum dan pakai sandal jepit.
|
ga ikut selfie, malu ama muke yang uda gosong gara2 main di pantai, jadi tukang foto aja |
|
jalur papan kayu ulin (broadwalk) |
|
Entahlah saya selalu mati gaya . |
sekitar satu kilo setelah jalan masuk kita di manjakan dengan jalur papan kayu ulin (board walk), sepanjang jalan kita bisa melihat berbagai jenis pohon yang di masing-masing pohon sudah diberi papan informasi tentang pohon tersebut, dan pohon yang merupakan ciri khas pulau Borneo adalah kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri), dan di Taman nasional kutai ini terdapat pohon kayu ulin yang begitu besar dan merupakan ikon atau bisa juga di sebut maskotnya Taman Nasional Kutai, kayu ulin yang dengan tinggi kurang lebih 20 meter, sebelumnya di perkirakan sekitar 30 meter sebelum tersambar petir dan dengan diameter 2, 47 meter,
Menurut Putuka Watanabe seorang peneliti jepang yang melakukan penelitian di TNK (2013) menjelaskan bahwa perkembangan ulin setiap tahun hanya sekitar 0,5 cm sehingga usia pohon Ulin tersebut diperkirakan kurang lebih 1.000 tahun.
|
Pohon Ulin Tebesar, dan penanda berakhirnya Broadwalk |
|
Jembatan sling pertama yang harus di lewati |
|
Tukang foto kita yang ikut berselfie. |
|
Pemandian 7 bidadari, tapi bidadarinya cuman 3 aja. |
|
Cuman berani sampai di tengah (phobia ketinggian) |
|
Wajah-wajah kelelahan |
|
Adegan bukan nyari belut tapi nyari sandal. |
|
Mas wito yang baik hati (supir, tukang foto, pembawa tas, pencari sandal dan pelindung wanita) |
|
Jembatan Sling yang mendebarkan |
|
rintangan terakhir |
|
senyum bahagia, rintangan telah selesai |
|
kaki imut saya langsung berotot |
Saya hanya bisa Bilang Trip kali ini benar benar complete, menyenangkan, mendebarkan, melelahkan, dan juga menambah wawasan akan Flora yang ada di indonesia dan satu hal ternyata kami berempat punya perasaan takut yang sama saat melintasi jembatan Sling trakhir yang di bawahnya adalah sungai dengan jarak yang lebar dan airnya yang berwarna cokelat, takut jatuh itu pasti karena kami bertiga (para bidadari) ga ada yang bisa berenang tapi ketakutan paling besar adalah Buaya, karena kalimantan apalagi daerah Desa Sangkima terkenal dengan Buaya yang ganas, yang telah memakan beberapa korban.
Setelah beristirahat sebentar, kami bersiap-siap untuk pulang, ngantuk dan lelah tapi terbayarkan.
|
liat hamparan sawah langsung pada minta turun, maklum di balikpapan susah nemu yang ginian, Desa Teluk Kabba |
Nyempatin mampir di Tugu Khatulistiwa, Monumen Equator Line yang terletak di antara jalan poros Bontang-Samarinda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar